Pada Jumat, 13 Juni 2025 yang lalu, Global Transport, Training, and Trading Indonesia (GTI) telah menyelenggarakan webinar dengan judul “Pembangunan PLTN Ditinjau dari Aspek Keselamatan, Keamanan, & Kesiapan SDM”, bekerja sama dengan Badan Kejuruan Teknik Nuklir dari Persatuan Insinyur Indonesia (BKTN-PII). Narasumber pada webinar ini adalah Bapak Dr. Ir. Khoirul Huda, M.Eng., IPU (Ketua Umum BKTN-PII) dan Bapak Dr. Ir. Arnold Soetrisnanto (Ketua Umum Masyarakat Energi Baru Nuklir Indonesia (MEBNI)). Tak lupa, Bapak Khairul selaku Direktur Teknis dari GTI juga bertindak sebagai moderator yang memandu jalannya pemaparan materi tentang pembangunan PLTN ini. GTI dan BKTN-PII juga turut mengundang 3 orang panelis yaitu Bapak Dr. Jupiter Sitorus Pane, M.Sc. (BRIN), Bapak Prof. Syarip (BRIN), dan Bapak Dr. Ir. M Ahsin Sidqi. MM., IPU., ASEAN.Eng. QRGP (Former President Director of PT. PLN Indonesia Power). Para panelis berperan untuk melengkapi jalannya kegiatan diskusi selama webinar berlangsung.
Webinar ini dihadiri oleh kurang lebih 330 peserta secara virtual yang berasal dari berbagai latar belakang dan bidang yang antusias dalam perkembangan PLTN pertama di Indonesia. Baru-baru ini, terdapat juga Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dari PLN yang mendukung pembangunan PLTN sebagai salah satu sumber pembangkit listrik dalam kurun waktu 10 tahun kedepan, sehingga pembahasan mengenai PLTN kembali hangat dibicarakan oleh banyak pihak. Webinar ini diselenggarakan sebagai sarana pemberian wawasan kepada masyarakat umum tentang tantangan utama serta peluang dalam rencana pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Fokus Utama: Keselamatan & Keamanan PLTN
Para narasumber, terutama Bapak Arnold Soetrisnanto, menekankan bahwa keselamatan dari PLTN harus terintegrasi langsung dengan sistem keamanan yang terstruktur. Sistem deteksi dini, proteksi radiasi, dan kesiapan menghadapi insiden kecelakaan nuklir atau Emergency Preparedness and Response (EPR) merupakan fondasi penting yang tidak bisa ditawar. Membangun budaya keselamatan — safety culture — juga harus berlangsung paralel dengan desain teknis, agar risiko kecelakaan dan insiden keamanan bisa diminimalkan.
Bicara soal kecelakaan, PLTN sendiri merupakan fasilitas yang lebih aman jika dibandingkan dengan kecelakaan kendaraan atau kecelakaan di fasilitas lainnya. Dari sekian banyak PLTN yang beroperasi di dunia, hanya terdapat tiga kali kecelakaan PLTN, diukur dari skala yang ditetapkan oleh International Atomic Energy Agency dalam INES (International Nuclear and Radiological Event Scale). INES sendiri merupakan skala pemeringkatan kejadian yang terkait dengan pemanfaatan tenaga nuklir.
Terdapat prinsip Defense in Depth atau pertahanan berlapis pada instalasi PLTN. Prinsip ini memastikan bahwa keselamatan tidak bergantung pada satu sistem saja, melainkan terdiri dari berbagai lapisan perlindungan yang bekerja secara berjenjang. Dengan pertahanan berlapis ini, setiap kemungkinan kegagalan akan dihadapi dengan sistem cadangan lainnya, sehingga risiko kecelakaan dapat diminimalkan, bahkan dalam kondisi terburuk sekalipun.

Tantangan SDM dalam Pembangunan PLTN
Bagian yang mendapat sorotan khusus adalah kesiapan Sumber Daya Manusia. Menurut Bapak Khoirul Huda, SDM yang diperlukan dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN bisa mencapai tiga generasi dari latar belakang dan keahlian berbeda. Artinya, knowledge sharing harus diturunkan secara berkala dari generasi ke generasi. Dalam hal ini, kolaborasi dari berbagai keahlian juga diperlukan, karena PLTN merupakan proyek besar yang multidisipliner.
Dalam pembangunan dan operasional PLTN, terdapat tahapan yang terdiri dari perencanaan – konstruksi, masa operasi, dan dekomisioning. Panjangnya tahapan inilah yang membuat PLTN merupakan proyek dengan komitmen jangka panjang (dapat mencapai 100 tahun) dan membuatnya memerlukan SDM multigenerasi. Penyediaan SDM untuk PLTN ini, menurut Bapak Khoirul Huda, memerlukan strategi seperti pemanfaatan operator/supervisor dan SDM lain dari PLTN luar negeri atau bisa mengundang para operator reaktor riset nuklir BATAN/BRIN yang telah berpengalaman pada tahap pertama. Kemudian pada tahap kedua, SDM yang berpengalaman dalam pembangkit listrik dalam negeri (PLN, Indonesia Power, dll) dapat dimanfaatkan. Selanjutnya, penanggungjawab PLTN dapat merekrut fresh graduates dari universitas, politeknik, sekolah kejuruan di Indonesia untuk jangka panjang, dan melakukan pelatihan atau OJT (on-job training) bagi personel baru dan penyegaran untuk personel lama. Untuk strategi ini, tentunya bukan merupakan strategi baku dalam pengembangan SDM. Kontribusi dari berbagai pihak diperlukan untuk menciptakan rencana yang strategis dalam perencanaan pengadaan SDM PLTN.

SDM untuk PLTN tidak cukup hanya memiliki kualifikasi akademik, namun integritas, kesiapan mental, hingga pembaruan kapabilitas juga menjadi sorotan. Webinar ini sekaligus memperkenalkan peran GTI dalam melaksanakan pelatihan, seperti: Petugas Keamanan Zat Radioaktif (PKZR), Pelatihan Proteksi Fisik Bahan Nuklir dan Fasilitas serta Pelatihan Budaya Keamanan Nuklir yang akan berperan dalam mendukung roadmap kesiapan SDM PLTN nasional. Khusus pelatihan PLTN, GTI akan melakukan kerja sama dengan para pakar nuklir dari BKTN-PII.
Pengembangan PLTN Indonesia memasuki fase maju; aspek teknis hanya merupakan salah satu sisi saja. Aspek keamanan, keselamatan, dan kesiapan SDM terutama petugas dan operator yang berkualifikasi adalah penentu utama keberhasilan dan kelancaran operasional PLTN. Webinar ini menghadirkan platform edukasi penting sekaligus membuktikan bahwa GTI dan BKTN-PII aktif berkontribusi secara nyata dalam membangun kapasitas nasional di Indonesia.
Rekaman webinar ini dapat diakses pada YouTube Channel Global Transport, Training, and Trading Indonesia, pada tautan berikut ini: https://youtu.be/7Gs3RJiUYs4?si=IchryUHo60ILUT-Y