Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sering dipandang sebagai solusi teknologi tinggi untuk kebutuhan energi bersih dan andal. Namun di balik kemegahan infrastrukturnya, terdapat satu komponen yang sering luput dari perhatian: sumber daya manusia (SDM). Dalam webinar yang diselenggarakan oleh Global Transport, Training, and Trading Indonesia dan BKTN-PII berjudul “Pembangunan PLTN Ditinjau dari Aspek Keselamatan, Keamanan, dan Kesiapan Sumber Daya Manusia”, salah satu aspek penting yang dibahas adalah fakta bahwa sebuah PLTN memerlukan keterlibatan SDM yang setidaknya mencapai tiga generasi. Mengapa demikian?
Siklus Hidup PLTN: Proyek Jangka Panjang yang Kompleks

Tidak seperti pembangkit listrik konvensional lain, PLTN memiliki siklus hidup yang sangat panjang. Jika dihitung sejak tahap perencanaan hingga dekomisioning, satu unit PLTN bisa melibatkan proses selama 60 hingga 100 tahun. Tahapan ini mencakup:
- Perencanaan dan Persiapan (10–20 tahun):
Dimulai dari studi tapak, kajian keselamatan, studi kelayakan, konsultasi publik, hingga persetujuan regulasi. Tahap ini memerlukan tenaga ahli di bidang teknis, perizinan, lingkungan, dan komunikasi publik.
- Pembangunan dan Konstruksi (5–10 tahun):
Membangun fasilitas nuklir membutuhkan keahlian tinggi dari teknisi nuklir, sipil, sistem kontrol, hingga tim jaminan mutu serta keselamatan.
- Operasional PLTN (40–60 tahun):
Setelah beroperasi, PLTN memerlukan pengawasan ketat, perawatan berkala, pengelolaan limbah, serta pemantauan keselamatan dan keamanan. Inilah masa operasional utama di mana generasi kedua SDM berperan besar.
- Dekomisioning dan Reklamasi (10–20 tahun):
Tahap akhir melibatkan pembongkaran reaktor, pengelolaan limbah radioaktif jangka panjang, dan pengembalian tapak ke kondisi aman. Ini memerlukan generasi ketiga tenaga ahli, dengan pengalaman dan pengetahuan terkini.
Mengapa Tiga Generasi?
Karena durasi proyek yang sangat panjang, sangat kecil kemungkinan bahwa SDM yang terlibat dalam fase awal akan tetap aktif hingga tahap akhir. Artinya, proyek PLTN secara alami menuntut regenerasi pengetahuan dan kompetensi secara berkelanjutan. Setiap generasi memiliki peran dan tanggung jawab berbeda dalam setiap fase. Bahkan, bila proyek ini dimulai hari ini, maka anak atau cucu dari generasi perencana awal mungkin yang akan menangani tahap dekomisioning.

Tantangan Regenerasi dan Pengembangan SDM
Isu terbesar bukan hanya jumlah tenaga kerja yang tersedia, tetapi bagaimana menjaga transfer pengetahuan, kompetensi teknis, dan budaya keselamatan antar generasi. Tanpa sistem pelatihan dan dokumentasi yang kuat, ada risiko terputusnya informasi penting yang berpotensi berdampak pada keselamatan operasional. Beberapa tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia jika ingin membangun PLTN yang andal dan berkelanjutan antara lain:
- Kekurangan tenaga ahli lokal di bidang nuklir
Saat ini, jumlah tenaga profesional nuklir di Indonesia masih terbatas, terutama yang memiliki pengalaman langsung dalam proyek PLTN.
- Kebutuhan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
Lembaga pendidikan tinggi dan pelatihan teknis harus disiapkan untuk mendukung regenerasi ini dalam jangka panjang.
- Keterlibatan lintas sektor dan lintas lembaga
Pengembangan SDM tidak bisa dilakukan oleh satu institusi saja. Diperlukan kolaborasi antara pemerintah, industri, universitas, dan lembaga riset.
Peluang bagi Generasi Muda
Meskipun terlihat menantang, proyek PLTN justru menawarkan peluang strategis bagi generasi muda Indonesia. Dalam beberapa dekade ke depan, kebutuhan akan insinyur nuklir, ahli keselamatan radiasi, teknisi reaktor, serta profesional pengelola limbah akan meningkat pesat. Investasi pada SDM sejak dini akan memastikan bahwa Indonesia tidak hanya mampu membangun PLTN, tetapi juga mengoperasikannya secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan bonus demografi dan semangat generasi muda, Indonesia berpeluang menjadi salah satu pemain utama di bidang teknologi nuklir kawasan Asia Tenggara.
Pembangunan PLTN adalah proyek lintas generasi — bukan hanya secara teknis, tetapi juga secara manusiawi. Dibutuhkan perencanaan matang, pembangunan bertahap, pengoperasian jangka panjang, hingga penonaktifan yang aman. Semua itu mustahil dilakukan tanpa SDM yang kompeten, berkelanjutan, dan siap menghadapi tantangan antar generasi. Maka, jika kita serius membangun PLTN sebagai bagian dari transisi energi nasional, maka pembangunan SDM harus dimulai hari ini, dan terus dijaga hingga puluhan tahun ke depan.
Artikel ini disusun berdasarkan pembahasan dari Webinar Nasional: Pembangunan PLTN Ditinjau dari Aspek Keselamatan, Keamanan, & Kesiapan SDM yang telah diselenggarakan pada 13 Juni 2025 lalu. Rekaman webinar ini dapat diakses pada YouTube Channel Global Transport, Training, and Trading Indonesia, pada tautan berikut: https://youtu.be/7Gs3RJiUYs4?si=jerZv8iYMIBWp8IL